Laman

Selasa, 19 Januari 2016

Jerit Tangis Anak Jalanan



Ketika fajar menyingsing
Dan memamerkan cahayanya
Yang mulai menyilaukan mata
Pelan, aku menikmati udara kota


Segera kumulai pekerjaanku
Dengan ditemani gitar kecilku
Gitar usang yang setia menemaniku
Lantunan lagu kunyanyikan
Hanya untuk mengumpulan uang kertas lucah
Dan uang logam recehan
Yang mungkin bagi mereka tak ada gunanya
Namun bagiku
Untuk membeli sebungkus nasi
Makan sehari-hari...
Tak peduli panas terik matahari
Yang menyengat tubuh ini
Tak kupikirkan hujan membasahi
Membuat diri ini menggigil
Membuat tubuh ini ngilu
Bahkan, kurasakan otot ini mulai mati
Dan tak peduli meski perut ini mulai bernyayi
Juga tak peduli orang-orang mencemoohku
Yang ada dipikirku
Hanya uang receh itu
Apaka ini yang dinamakan hidup
Begenikah hidup???
Namun betapa pilunya hidupku
Yang tak memiliki tempat berteduh
Untuk mencurahkan isi kalbu
Karena jauh kasih sayang ibu
Aku bertanya
Mana Ayahku?
Mana Ibuku?
Apakah engkau ibuku?
Apakah engkau??
Ditengah keramaian kota metropolitan
Aku bingung!!
Kesepian dlam keramaian
Aku tak pernah menyangka
Hidupku hanya sebatangkara
SENDIRIAN!
Hidup dibawah kolong jembatan
Pengap!
PANAS!
Keadilan bagi seluruh rakyat INDONESIA?
OMONG KOSONG!
Inikah yang dinamakan hidup?
EGOIS!!
Dunia ini memaksaku bekerja
Memaksaku membanting tulang
Padahal dunia seusiaku untuk bermain
Untuk berjungkat-jungkit
Untuk bermain ayunan
Untuk membeli baju
TETAPI AKU!?
Aku hanya seorang anak jalan
Yang hanya ditemani gitar kecilku
Diperimpangan lampu merah
Berbanjir peluh
Berselimut asap knalpot
Berpayung sinar matahari
Aku ingin seperti anak lainnya
Seperti anak itu
Anak itu..
Hidup serba ada, hidup serba ewah, punya baju indah
Yang bisa bermain disekolah
Mendapat kasih sayang orang tua
Aku sangat ingin
Tetapi aku takkan pernah sendirian, takkan pernah kesepian
Karena aku mempunyai guru yang hebat
Guru yang KUAT!
Dia adalah teman sependeritaan
Teman yang duduk disampingku
Pelan, kutatap ia
Sinar kekuatan dimatanya
Betapa kuat, dining ketabahan hatinya
Aku tersadar
Ia adalah teman yang selalu mengisi hariku dengan penuh keceriaan’Dengan nada tawa yang selalu menyertaiku
Selalu ada ketika aku merindu
Selalu ada ketika sedih
Selalu ada ketika merintuh
Tanpa sadar ialah yang mengajariku mensyukuri hidup
Dan mengajariku makna hidup
Wahai teman
Aku mencintai kalian


Created : Rizma W.

PS: Puisi ini pernah dipentaskan di BRIGIF Kediri oleh Teater IA (SMAN Kandat), Teater SADEL (SMAN 8) dan teater GAMAN (MAN 3 Kediri)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar